Memaknai Hidup Berdasarkan Islam



Suatu pagi nan cerah, kicau burung bersahut-sahutan menambah keceriaan pagi itu, dalam suasana kebatinan yang tenang tiba-tiba terdengar suara notifikasi email dari HP yang tergeletak di meja, sontak dengan perasaan ingin tahu saya ambil HP di meja itu (padahal HP nya orang…hihihi). Setelah dibuka ada sebuah email teguran dari atasan kepada tim under-nya yang cukup menyengat dan menggelitik. Isi email tersebut diawali kurang lebih:” Kalau hidup sekedar hidup, Babi juga hidup, kalau hidup sekedar bekerja, kera juga bekerja (Prof. Dr. Buya Hamka)”.

Seharian isi email tersebut menjadi bahan renungan hati. Memang sih, kalau hanya dibaca sekilas tentu kalimat - kalimat tersebut terasa sarkastis dan menyinggung rasa kemanusiaan kita, namun bila diresapi dan mencernanya dari kacamata positif, ternyata kita akan mendapati beberapa atau setidaknya dua makna positif yang bisa dijadikan reminder bagi kita untuk senantiasa eling akan tujuan hidup dan cara bertahan hidup secara benar di dunia yang fana atau sementara ini, yaitu:  

1. Memaknai Hidup
Makna pertama yang bisa ditangkap dari kalimat yang diungkapkan Prof. Buya Hamka tersebut adalah semata-mata agar kita senantiasa mengingat bahwa hidup tidak hanya sekedar hidup. Hidup, memiliki tujuan dan sistem yang telah ditetapkan Tuhan untuk kita jalankan. Apabila kita ingin dibedakan dari hewan maka kita harus menghayati (melakoni) kehidupan ini berdasarkan pemahaman yang benar tentang makna hidup. Pun demikian kita juga harus cerdas dan berhati-hati dalam memaknai hidup ini. Mengerti tentang makna hidup secara benar akan membuat hidup kita lebih bermakna, efektif dan efisien. Sebagai muslim tentu pemahaman kita tentang hidup harus didasarkan kepada Al Quran dan hadits yang merupakan rujukan utama dan terjamin kebanarannya.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa makna hidup adalah:
-   Ibadah.
Ibadah yang dimaksud bukan hanya dalam pengertian ibadah wajib saja melainkan juga ibadah dalam semua aspek kehidupan termasuk bekerja untuk mencari nafkah, maka sudah sepantasnya kita melakukan segala sesuatu dengan landasan niat ibadah agar tidak menjadi perbuatan sia-sia.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz - Dzaariyaat [51]:56)
-   Ujian.
Hidup di dunia ini adalah media Allah untuk menguji kita dengan kebaikan maupun keburukan agar terlihat sejauh mana konsistensi keimanan dan keihklasan kita dalam menerima ketetapan Allah tersebut.
(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.  Al - Mulk [67] : 2)
-   Sementara (Fana),
Kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara, yang kekal adalah kehidupan di akhirat. Maka sudah seharusnya dengan waktu yang singkat ini kita tidak bermalas-malasan ataupun bersantai dalam mengerjakan setiap amalan yang bernilai ibadah sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan yang panjang nan kekal diakhirat.
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“ (QS. Al - Ghafir [40]:39)
-   Kehidupan diakhirat lebih baik daripada kehidupan duniawi.
Apabila kita meyakini firman Allah bahwa kehidupan diakhirat lebih baik dari dunia fana ini sudah sewajarnya kita memprioritaskan kehidupan akhirat. Untuk bisa mendapatkan kehidupan akhirat yang baik tentunya kita harus memulai dengan menyiapkannya sedari sekarang dari kehidupan duniawi ini dengan senantiasa memperbanyak amalan baik.
dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Adh - Dhuha [93]:4)
Itulah makna hidup berdasarkan pemahaman Islam. Pemahaman yang salah tentang hidup dan tidak merujuk pada kaidah kebenaran hakiki (Al Quran dan hadits) akan sangat mempengaruhi output perilaku dan cara hidup kita, sehingga tidak berlebihan bila seorang Syekh Imam Al Ghazali, pernah berkata bahwa pemahaman yang dangkal tentang hidup merupakan sebuah tindak kriminal yang keji. Dan memang faktanya kebanyakan tindakan kriminal dilakukan karena adanya disorientasi atau salah tujuan akibat kesalahan dalam memaknai hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mencari makna hidup merupakan critical point atau titik kritis yang tidak boleh keliru, karena ini akan menentukan hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

2.  Bekerja Cerdas.
Makna kedua yang bisa kita petik dari nasehat Prof. Buya Hamka tersebut diatas adalah agar kita bisa bekerja dengan cerdas. Faktor pembeda antara manusia dengan kera (hewan) adalah Akal. Akal merupakan khasiat atau keistimewaan dari otak manusia yang tidak dimiliki oleh otak hewan. Tuhan menciptakan manusia dengan se-sempurnanya penciptaan. Manusia dibekali otak yang memiliki khasiat atau keistimewaan (akal) agar bisa melakukan fungsinya secara optimal sebagai khalifah (wakil Tuhan) untuk memakmurkan bumi (bekerja). Manusia dianugerahi akal untuk berkreasi dan berinovasi, sedangkan binatang tidak. Binatang tidak bisa menggunakan otaknya untuk berfikir apalagi menangkap kebenaran layaknya kita manusia, binatang hanya mengandalkan insting yang difungsikan untuk mengatasi persoalan hidupnya. Jadi seyogyanya kita sebagai manusia yang dianugerahi banyak keistimewaan senantiasa melakukan pekerjaan yang menjadi amanah kita dengan bersungguh-sungguh. Makna bersungguh-sungguh disini adalah memaksimalkan upaya dengan memanfaatkan akal pikiran dengan segala keistimewaannya. Man Jadda Wa Jada!.

Kurang-lebihnya mungkin itu makna positif yang bisa kita ambil dari reminder kehidupan ala Prof. Dr. Buya Hamka yang termaktub dalam email yang saya ceritakan diatas. Jika ada yang kurang bisa anda tambahkan sendiri...hehehe.
Namun yang pasti terlalu berlebihan rasanya apabila kita harus tersinggung (dalam arti negatif) dengan pesan Prof. Dr. Buya Hamka tersebut. Sebaliknya seharusnya kita berlapang dada dan berterimakasih karena sudah diingatkan akan hakikat hidup yang sebenarnya.
Say No To(be) Monkey...

By: Ahmad Munir

0 komentar:

Posting Komentar