Kalau menyebutkan kata Pare, yang pertama kali muncul dalam
bayangan kita adalah buah sayuran berbentuk panjang, ujungnya runcing,
permukaan bergerigi dan memiliki rasa yang pahit (Peria). Tapi yang akan di
diskripsikan disini bukan PARE sayuran itu melainkan PARE yang merupakan sebuah
kota.
Pare adalah sebuah kecamatan yang ada di wilayah Pulau Jawa
tepatnya di Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Dari kota
Surabaya yang merupakan ibu kota
provinsi Jawa Timur berjarak ± 120 km, sedangkan dari kota
Kediri lokasinya berada di timur laut dengan jarak ±
25 km. Secara Demografi kota Pare yang juga berpredikat sebagai kota Adipura ini memiliki ke unikan tersendiri, dengan jumlah penduduk sekitar 93.654 jiwa (data
2012) mereka bisa hidup berdampingan, rukun dan saling menghormati walaupun
memiliki etnis, keyakinan dan agama yang berbeda. Masyarakat Pare adalah masyarakat
majemuk yang sudah memiliki kedewasaan sosial sehingga tidak mudah terprovokasi
oleh hal-hal yang bisa menyebabkan perpecahan dan kerusuhan. Dilihat dari sisi
Geografis, kecamatan Pare terbilang cukup luas karena wilayahnya meliputi 16
desa dan 1 kelurahan dengan struktur permukaan tanah cenderung rata. Pare
memiliki lingkungan yang sejuk dan tidak terlalu panas karena berada pada
ketinggian 125 meter diatas permukaan laut. Dengan jaraknya yang hanya sekitar ±
38 km dari Gunung Kelud yang sudah beberapa kali meletus, tentunya wajar
apabila daerah Pare memiliki tanah yang subur dan produktif sebagai efek
positif dari adanya abu vulkanik. Dengan sumber air yang melimpah dan tanah
yang subur, Pare mampu meningkatkan hasil pertaniannya terutama komoditas pertanian
seperti palawija, cabe, sawi, tomat, bawang merah dan sayur-mayur lainnya. Bahkan pasar
sayur kecamatan Pare termasuk Pasar yang menjadi rujukan pemerintah pusat dalam
memonitor harga pasar karena jumlah transaksi hariannya sangat besar dan banyak
pedagang dari kota-kota besar di Indonesia yang ikut bertransaksi disana. Saking ramenya pasar sayur tersebut sampai overload dan akan direlokasi ke tempat yang lebih luas dan representatif yaitu di dekat terminal Tulungrejo Pare (saat ini pasar sayur baru tersebut masih dalam proses pembangunan).
Akses menuju kota
Pare sangat mudah. Banyak
sekali angkutan umum yang melintasi kota ini. Dari Malang ada bis antar kota
milik PO. Puspa Indah dan PO. Bagong tujuan Kediri, sedangkan dari Surabaya ada bis antar kota
jurusan Kediri via Pare milik PO. Baruna, PO. Hasti
dan PO. Harapan Jaya dan ada juga bis Patas milik PO. Rukun
Jaya dan PO. Bagong jurusan Surabaya – Blitar via Pare. Selain itu juga ada mobil penumpang umum (MPU)
yang melayani rute Jombang – Pare dan Kediri – Pare. Semua jenis angkutan
tersebut transit di terminal Tulungrejo Pare. Dalam sejarahnya kota Pare juga
pernah dilewati moda transportasi kereta api jurusan Kediri – Jombang, namun
saat ini hanya tersisa onggokan relnya dan bangunan bekas stasiun yang
ber-arsitektur kuno dan sudah beralih fungsi menjadi rumah makan.
Suasana belajar di Kampung Inggris Pare |
Saat ini bisa dibilang Pare sudah cukup famous alias terkenal, hal ini tidak lepas dari adanya “Kampung Inggris” yang menjadi icon dan aset berharga kota Pare, bahkan beberapa kali ada stasiun TV nasional yang sengaja meliput ragam kegiatan yang ada di Kampung Inggris tersebut. Kampung Inggris ? Yah di Pare terdapat sebuah kampung yang penduduknya banyak berkomunikasi menggunakan bahasa pangeran William dan Kate Middleton itu, banyak muda-mudi bergerombol di warung-warung atau pelataran rumah warga sambil mengobrol dengan menggunakan bahasa inggris. Mereka bukan bule, mereka adalah orang-orang yang sedang belajar dan mendalami bahasa Inggris.
Kampung Inggris yang berada di desa Pelem dan Tulungrejo merupakan wilayah yang memiliki banyak lembaga bimbingan dan kursus bahasa Inggris, jumlahnya bahkan lebih dari 150 an lembaga yang menawarkan program Diploma dan short course yang berdurasi 1 bulan hingga 6 bulan. Kampung Inggris memiliki suasana yang sangat hidup terutama di musim liburan sekolah karena banyak pelajar maupun mahasiswa yang datang untuk mengikuti short course paket program Holiday. Peminatnya tidak hanya dari wilayah Jawa Timur melainkan banyak peserta yang datang dari Jakarta dan kota-kota dari luar Pulau Jawa. Dengan kondisi seperti ini tentu membuka peluang usaha bagi warga sekitar, ada yang membuka usaha kos-kosan, rumah makan, toko kelontong, jasa loundry, rental computer, rental sepeda onthel, dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya potensi ekonomi yang ada di kota Pare tak heran apabila banyak pengusaha atau perusahaan yang melirik kota Pare sebagai target perluasan market mereka. Banyak lembaga perbankan nasional yang membuka kantor perwakilan atau cabang di kota Pare, sebut saja Bank Mandiri, BCA, CIMB Niaga, BRI, BRI Syariah, Muamalat, BTPN, Mandiri Syariah, Danamon, BNI, Bank Mega, Bank Jatim dan BTN. Belum lagi lembaga keuangan yang bergerak dibidang Micro Finance seperti ULaMM PNM (Persero), DSP, CIMB Niaga Mikro Laju, BTPN MUR, Bank Pundi, Bank Panin, BRI Unit, BPR Hamindo, BPR Artha Pamenang, BPR Bapertim, BPR Artorejo, BPR Bina Reksa, BPR Prima Dadi Artha, BPR Artha Pamenang Syariah, BPR Agro Cipta dan juga banyak koperasi yang bergerak disegmentasi yang sama. Banyaknya lembaga-lembaga keuangan tersebut setidaknya menggambarkan betapa dahsyatnya potensi ekonomi yang ada di kota Pare.
Masjid Agung An Nur Pare Kediri |
Taman Alun-Alun Pare |
Taman Kilisuci Pare |
Pare semakin layak disebut kota dengan adanya 3 stasiun Radio dengan kapasitas lumayan besar dan Jangkauan luas, yaitu Kharisma FM, Sigma FM dan Erlangga FM. Itu belum termasuk radio-radio komunitas yang jumlahnya juga cukup banyak, salah satunya adalah radio dakwah An-Nur yang dikelola Remaja Masjid Agung An-Nur Pare. Bagi kota Pare, radio sebagai media diharapkan tidak hanya menjadi media hiburan dan bisnis semata namun juga mampu berperan sebagai media informasi dan pendidikan yang berkontribusi untuk ikut membantu mendorong kemajuan kota Pare, sehingga kota Pare yang sekarang sudah berkembang bisa terus tumbuh menjadi lebih besar dan lebih maju.
And The End…I Love
Pare(dise).
By: Ahmad Munir