BELAJAR DARI JALANAN

Belajar dari Jalanan
Suara burung berkicau sahut-sahutan membangunkanku pagi itu. Dengan perasaan gundah aku bangkit dari tempat tidurku menyingkirkan rasa malas yang tengah menyerangku. Pagi itu adalah hari pertama aku harus pindah lokasi tempat kerja karena masuk gerbong mutasi. Lokasi kantor baru yang sangat jauh menjadi salah satu penyebab aku gundah dan malas. Selama ini aku cuma butuh waktu 5 menit untuk sampai di tempat kerjaku, begitupun di jam istirahat aku bisa pulang untuk sekedar isi perut tanpa mengeluarkan duit ekstra. Tapi hal itu sekarang tak bisa kulakukan lagi. Sebagai orang yang tidak memiliki kebebasan finansial alias karyawan tentunya mau tidak mau aku harus menerima keputusan mutasi ini. Setiap hari aku harus menyusuri jalanan sejauh 55 km dengan jarak tempuh 1 jam. Lalu lintas yang padat dan menguras energi mewarnai hari-hariku kini. Benar-benar melelahkan. Berhari-hari aku merasakan perasaan yang sama, berat dan tidak ikhlas menjalani semuanya. Hingga akhirnya akupun menyadari bahwa perasaan semacam ini salah dan hanya akan semakin memberatkan langkahku, maka kemudian aku bertekad untuk menghadirkan keyakinan spritual dalam hatiku bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Seringkali rencana terbaik Tuhan hadir dalam bentuk buruk rupa atau sesuatu yang tidak kita sukai namun pada akhirnya akan berbuah manis bila kita ikhlas menerima dan menjalaninya.

 

Dengan semangat yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya, aku ayunkan langkah untuk bersiap-siap berangkat kerja. Setelah beres semua, akupun siap menyongsong hari ini dengan semangat baru. Tepat jam tujuh pagi kembali aku susuri jalanan yang sama seperti kemarin menuju tempat kerjaku namun hari ini dengan suasana hati yang berbeda. Hari ini aku menikmati perjalanan ini. Memang benar, terasa lebih mudah untuk dijalani ketika kita sudah bisa berdamai dengan keadaan sehingga kitapun lebih mudah mengelola emosi. Keceriaan dan semangat akan hadir dengan sendirinya ketika kita ikhlas dan berfikiran positif terhadap persoalan yang ada. Pun dengan perasaan yang enjoy kita akan lebih mudah menangkap hal-hal menarik yang terjadi dijalanan, mulai dari perilaku para pengguna lalu lintas ataupun manuver-manuver berkendara yang aku lakukan. Aku mencoba menyerap setiap kejadian kedalam bingkai kehidupan. Ternyata kita bisa belajar banyak tentang kehidupan ini dari jalanan. Jalan dan penggunanya memberikan gambaran jelas tentang cara-cara untuk mencapai kesuksesan dalam hidup ini lengkap dengan resiko-resikonya. Coba kita perhatikan, ketika kita ingin cepat sampai di tujuan, apapaun kendaraan yang kita gunakan tentu caranya adalah dengan tancap gas alias ngebut, namun biar selamat kita juga harus memiliki mental yang kuat, skill berkendara yang mumpuni, mampu membaca kondisi jalanan, dan pastinya paham aturan-aturan lalu lintas. Jangan sampai karena ingin cepat sampai tujuan kita mengabaikan keselamatan dan melanggar aturan yang ada. Skill berkendara tersebut melingkupi kemampuan kita membaca jarak aman untuk mendahului kendaraan didepan kita, mengerti kapan harus ngebut dan kapan harus pelan dan tidak kalah pentingnya juga mengerti metode pengereman yang aman. Kalau kita tidak memiliki mental yang kuat dan skill yang memadai sebaiknya kita menempuh perjalanan dengan cara yang konvensional atau pelan-pelan saja. Tentunya dengan cara konvensional ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai pada tujuan. Namun demikian, apapun cara yang kita pilih tetap ada resiko kecelakaannya, makanya jangan lupa harus diimbangi dengan berdo'a memohon keselamatan dan kelancaran.



Begitupun dalam hidup ini, Kalau kita ingin mencapai tujuan atau impian, banyak cara yang bisa kita lakukan, kita bebas memilih mau cara yang cepat, lambat atau biasa saja, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang kita miliki. Ketika kita memilih cara yang ekspres agar cepat sampai pada wilayah kesuksesan yang diimpikan, seyogyanya kita harus tancap gas alias ngebut, ngotot dan bekerja lebih keras dari yang lainnya. Namun tidak asal ngotot dan keras tapi juga harus cerdas. Tahu kapan harus melakukan akselerasi dan kapan waktunya untuk santai. Hambatan dan permasalahan pastinya selalu mewarnai kehidupan ini. Ketika hal tersebut muncul dan menyebabkan kejumudan, sehingga kita tak bisa lagi memandang kedepan dan terasa semuanya sudah mentok, ada baiknya kita kembali belajar dari jalanan. Jalanan mengajarkan, ketika kita tidak nyaman berada dibelakang truk tronton yang banyak makan badan jalan dengan muatan yang menghalangi pandangan kita kedepan, maka sebagai pengendara yang ngotot dan cerdik kita akan mencoba melihat kedepan dari sisi yang lain. Kita mengintip dari sisi kanan atau kiri untuk melihat apakah aman atau membahayakan kalau menyalip truk besar tersebut. Ketika dirasa kondisinya memungkinkan kita pasti bisa menyalip truk besar tersebut dengan lancar. Kalau di analogikan truk tronton tersebut sebagai sebuah masalah besar yang menyebabkan kejumudan. Maka cara kita keluar dari situasi tersebut adalah sama dengan pengendara tersebut yaitu mencoba mencari solusinya dengan berfikir dari sudut pandang yang lain istilah kerennya Think Out of The Box, niscaya semua persoalan yang merintang bisa kita atasi.

Memang dengan memacu kecepatan tinggi kita mempunyai resiko yang lebih besar daripada mereka yang pelan-pelan. Namun apabila kita merasa memiliki kemampuan yang dibutuhkan, mental yang kuat dan tahu rambu-rambunya sehingga bisa menjadi modal untuk mengelola resiko tersebut, kenapa kita harus pelan dan berlama-lama menghabiskan waktu dijalan, bukankah kesempatan kita hidup hanya seperti orang melintasi jalan ???

by: Ahmad Munir

0 komentar:

Posting Komentar